Sistem Informasi Manajemen Perlindungan Pertanian

MENU

OPT Tikus Sawah (Rattus argentiventer) pada Tanaman Padi Sawah

OPT Tikus Sawah (Rattus argentiventer) pada Tanaman Padi Sawah

Tikus sawah merupakan salah satu Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) utama pada padi yang dapat menyebabkan kerusakan parah dari fase persemaian hingga panen. Serangan tikus dapat mengakibatkan penurunan hasil panen hingga 50% atau lebih, terutama jika tidak dikendalikan dengan baik.

Ciri-Ciri Tikus Sawah

  • Berwarna coklat keabu-abuan dengan ekor lebih panjang dari tubuhnya.
  • Aktif pada malam hari (nokturnal) dan sangat gesit.
  • Berkembang biak dengan cepat, betina dapat melahirkan 5–10 ekor per siklus dengan siklus 4–6 kali setahun.
  • Membuat sarang di tanggul sawah, pematang, semak-semak, dan dekat saluran irigasi.                                                                                    Siklus Hidup dan Pola Serangan
Fase Tanaman Padi Kerusakan oleh Tikus Sawah
Persemaian Memakan benih dan bibit muda.
Vegetatif Menggigit batang muda, menyebabkan tanaman rebah dan mati.
Generatif Menyerang malai padi, memakan bulir padi yang masih hijau.
Menjelang Panen Menyerang bulir padi matang, menyebabkan kehilangan hasil besar.

Tikus biasanya menyerang dengan pola melingkar dari sarangnya, membuat jalur khusus (runway) di pematang dan sawah.

Gejala dan Dampak Serangan, yaitu :

  • Batang tanaman terpotong rapi seperti digunting.
  • Tanaman rebah dan mati, terutama pada fase vegetatif.
  • Malai padi hilang atau rusak karena dimakan tikus.
  • Adanya lubang dan sarang tikus di pematang atau sekitar sawah.
  • Hasil panen turun drastis akibat banyaknya padi yang dimakan atau rusak.

Pengendalian Tikus Sawah, yaitu :

  1. Pengendalian Secara Mekanis dan Budidaya
    Gropyokan → perburuan massal dengan menggali sarang.
    Sanitasi lahan → membersihkan gulma dan semak-semak di sekitar sawah.
    Menutup lubang sarang tikus menggunakan tanah atau air.
    Penggunaan perangkap tikus (seperti bubu atau jebakan mekanis).
    Menjaga pematang tetap rendah (< 20 cm) agar tikus tidak mudah bersembunyi.
  2. Pengendalian Secara Hayati
    Pemanfaatan musuh alami, seperti burung hantu (Tyto alba), ular sawah, dan kucing.
    Memasang rumah burung hantu (rubuha) di sekitar sawah untuk meningkatkan populasi predator alami.
  3. Pengendalian Secara Kimiawi
    Menggunakan rodentisida berbahan aktif zinc phosphide atau brodifacoum dengan dosis sesuai rekomendasi.
    Memasang umpan beracun dengan hati-hati untuk menghindari dampak ke hewan lain.
  4. Pengendalian Secara Terpadu (PHT)
    ✅ Mengombinasikan semua metode di atas untuk hasil yang optimal.
    ✅ Melakukan pengendalian secara serentak dengan kelompok tani di satu wilayah.