Gejala Serangan Wereng Batang Cokelat pada Tanaman Padi Sawah
Wereng batang cokelat (Nilaparvata lugens) menyerang tanaman padi dengan cara mengisap cairan dari jaringan batang, terutama pada pangkal batang dan pelepah daun. Serangan yang tidak dikendalikan dapat menyebabkan gagal panen. Berikut adalah gejala yang ditimbulkan:
1. Gejala Awal
✅ Bercak kekuningan muncul pada daun padi akibat hisapan wereng.
✅ Pertumbuhan tanaman terhambat karena kehilangan cairan dan nutrisi.
✅ Wereng terlihat bergerombol di pangkal batang padi, terutama di daerah yang lembab.
2. Gejala Lanjut (Serangan Berat)
🔥 Daun menguning dan mengering seperti terbakar.
🔥 Tanaman rebah dan mati mendadak akibat kehilangan cairan dalam jumlah besar.
🔥 Terjadi “hopperburn” atau kebakaran wereng, yaitu kondisi di mana seluruh tanaman pada petakan sawah kering dan mati.
3. Gejala Tambahan Akibat Penularan Virus
- Padi kerdil rumput → Daun menjadi lebih sempit, banyak anakan tetapi tidak berisi.
- Padi kerdil hampa → Tanaman kerdil, daun berwarna kuning, dan tidak menghasilkan bulir padi.
Gambar 1. Serangan OPT WBC Pada tanaman padi sawah
Gambar 2. tanaman Terserang oleh WBC
Faktor yang Memicu Serangan:
- Penggunaan varietas rentan terhadap wereng.
- Pemupukan nitrogen berlebihan yang membuat tanaman lebih menarik bagi wereng.
- Penggunaan insektisida yang tidak tepat, terutama yang membunuh musuh alami wereng seperti laba-laba dan kumbang predator.
- Cuaca yang mendukung, seperti musim kemarau dengan kelembapan tinggi.
Cara Pengendalian Wereng Batang Cokelat:
- Pengendalian Kultur Teknik (Budidaya)
- Gunakan varietas tahan wereng, seperti Inpari 33, Inpari 42, atau Ciherang.
- Tanam serentak di suatu wilayah untuk mengurangi populasi wereng.
- Hindari penggunaan pupuk nitrogen berlebihan.
- Gunakan sistem jajar legowo untuk meningkatkan aerasi dan mengurangi kelembapan yang disukai wereng.
- Pengendalian Hayati
- Manfaatkan musuh alami seperti laba-laba (Lycosa sp.), kumbang Carabidae, dan parasitoid Anagrus sp. untuk mengendalikan populasi wereng.
- Gunakan jamur entomopatogen seperti Beauveria bassiana.
- Pengendalian Kimiawi (Insektisida)
- Gunakan insektisida berbahan aktif buprofezin, imidakloprid, atau fipronil jika populasi wereng sudah mencapai ambang batas ekonomi (5 ekor per rumpun pada fase vegetatif, 10 ekor per rumpun pada fase generatif).
- Penyemprotan harus tepat sasaran, dilakukan pada pagi atau sore hari.